Hachiko: A Dog's Story |
Hachiko yang kisah nyatanya diangkat ke dalam film jepang maupun film hollywood itu telah mengundang simpati dari pecinta anjing di seluruh dunia. Banyak yang ingin mengetahui kisah aslinya. Kisah anjing setia ini cukup berhasil diadaptasikan ke film oleh sutradara Hollywood dengan judul yang sama.
Hachiko versi film |
Ini tentang Hachiko, seekor anjing akita yang lahir tahun 1923 di Jepang. Awalnya dia dipelihara sama seorang profesor bernama profesor Hidesaburo Ueno. Karena sang prof biasa naik kereta lewat stasiun shibuya tiap pukul 7 pagi dan pulang pukul 5 sore, Hachiko selalu mengantar sang prof pada pagi hari dan kembali pukul 5 untuk menjemput sang majikan di depan stasiun. Kebiasaan ini berlangsung selama 3 tahun hingga pada tanggal 23 Mei 1925 sang profesor meninggal saat mengajar. Hachiko yang tidak mengerti kalau sang majikan sudah wafat terus menunggu di depan stasiun selama 9 tahun.
Dengan memilih tidur di bawah gerbong kereta rusak dan makan dari belas kasihan orang-orang di stasiun. Hachiko selalu balik ke stasiun itu berapa kalipun dia dibawa dan diadopsi sama orang2 terdekatnya profesor. Hingga akhirnya pada tanggal 8 Maret 1935 tubuh Hachiko ditemukan sudah tak bernyawa di pinggir jalanan stasiun shibuya. Sebagai penghargaan akan loyalitasnya sebuah patung perunggu sekarang dipajang di depan stasiun shibuya dan diletakkan persis pada posisi di mana dia selalu nunggu majikannya setiap hari di depan stasiun.
Patung Perunggu Hachiko |
Depan Stasiun Shibuya Tempat Hachiko Biasa Menunggu |
Kematian hachiko yang damai juga sampai saat ini masih mengundang misteri, sebenarnya bagaimana sosoknya di saat-saat terakhirnya itu. Ternyata ada Koleksi Foto Langka Saat Kematian Hachiko yang ditemukan.
Sebuah artikel yang di publikasi oleh harian Yomiuri di jepang mewartakan tentang adanya museum yang berlokasi di shibuya Tokyo, Jepang dan berhasil memajang foto yang sangat langka, yaitu momentum kematian hachiko sang anjing setia.
Saat-saat Kematian Hachiko |
“Dari foto diatas terlihat bagaimana orang-orang berdoa untuk kedamaian roh dan jiwa dari hachiko, dari foto ini juga kita bisa melihat bagaimana hachiko sangat dicintai pada masanya” kata seorang museum kuratorshibuya folk and literary shirane memorial, Keita Matsui.
Keita mengungkapkan bahwa aktivitas hachiko yang sehari-hati menunggu majikannya dengan setia di depan stasiun kereta api tiap sore itu juga ditulis oleh harian Asashi shimbun pada era 1930-an. Karena publikasi dari tulisan harian itu, akhirnya nama hachiko berkobar ke seantero jepang.
Tanggal 8 maret 1935, Hachiko dilaporkan menemui ajalnya di dekat stasiun shibuya, mayat hachiko dibawa ke kamar di bagasi stasiun yang juga merupakan tempat favorit hachiko saat setia menunggu majikannya. Foto diatas juga merupakan foto yang diambil di ruang bagasi itu dan dipublikasikan oleh harian Shimbun Yamato esok harinya.
Foto momentum kematian hachiko di atas memuat gambar dari Yaeko Ueno (istri Hidesaburo Ueno, sang majikan Hachiko – kedua dari kanan) beserta staf stasiun shibuya. Salah satu staf stasiun shibuya yang bernama Yoshizo Osawa, memberikan foto momentum kematian hachiko itu kepada putrinya yang paling besar, Nobue Yamaguchi (78 tahun).
Hachiko yang setia menunggu tuannya yang tak pernah kembali |
Nobue yamaguchi yang sudah berusia 78 tahun dan menjadi saksi hidup kisah hachiko ini juga berujar kalau hachiko memang kerap datang ke stasiun tiap hari untuk menunggu sang majikan dan mereka, para penghuni stasiun juga kerap memberikan makan kepadanya.
Tempat Pemakaman Prof. Ueno dan Hachiko |
Semoga kisah Hachiko ini bisa menginspirasi penonton dan mengambil hikmahnya bahwa kesetiaan adalah inti dari kasih sayang. Dan hal ini berlaku untuk semua makhluk hidup. anda memiliki binatang peliharaan dirumah? perlakukan dan rawatlah dengan baik. itu baru hewan apalagi pada manusia.